Penny
Rahmawaty, Dyna Herlina Suwarto, M.Lies Endarwati
Staf
Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia yang semakin mengglobal mengakibatkan
begitu mudahnya nilai-nilai asing masuk ke dalam budaya dan kehidupan Bangsa
Indonesia. Untuk menjaga dan memperkuat jati diri bangsa dibutuhkan suatu
kemauan, tekad dan komitmen yang kuat dari seluruh elemen masyarakat agar
identitas dan kepribadian bangsa tidak luntur dilekang jaman tetapi tetap kuat,
kokoh dan tak tergoyahkan. Generasi muda diharapkan dapat membawa bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang kuat, kokoh dan mandiri yang diperhitungkan dalam
kancah kehidupan dunia internasional. Kesiapan mahasiswa sebagai generasi muda
dalam memecahkan persoalan bangsa ini harus didukung oleh sistem pembelajaran
yang ada. Selama ini penyelenggaraan pendidikan lebih menekankan pada
penguasaan materi dan melatih kecerdasan intelektual sehingga cenderung
bersifat intelektualistik.
Pendidikan saat ini belum mampu membangun interaksi yang
paradigmatik antara aspek kehambaan dan kekhalifahan. Akibatnya pendidikan kita
kurang bermakna bagi kehidupan manusia yang utuh dan asasi. Pendidikan yang
demikian ini cenderung kurang memperhatikan pendidikan karakter. Program
pembelajaran dibuat dalam suatu model yang unik yang terintegrasi baik dalam
bentuk mata kuliah pendidikan karakter itu sendiri maupun dalam mata kuliah
yang ada di masing-masing program studi. Dalam kesempatan ini dikembangkan suatu
model pembelajaran pendidikan karakter dalam mata kuliah kewirausahaan
khususnya mengenai kewirausahaan sosial.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Kewirausahaan Sosial
Kewirausahaan sosial adalah kewirausahaan yang ditujukan untuk
kepentingan masyarakat bukan sekadar memaksimalkan keuntungan pribadi.
Kewirausahaan sosial biasa disebut 'pengembangan masyarakat' atau “organisasi
bertujuan sosial' (Tan, 2005:1).
Beberapa
definisi wirausaha sosial yang bisa digunakan untuk memahami aktivitas ini
adalah: (S.Dev Appanah & Brooke Estin, 2009 )
a. Definisi yang dikemukakan oleh J. Gregory Dees, Professor of Sosial
Entrepreneurship at Duke University yang mengatakan bahwa wirausaha sosial
adalah pelaku reformasi atau revolusi sektor sosial (pendidikan, kesehatan,
pengembangan ekonomi, lingkungan, seni dan sebagainya). Mereka berusaha
mengatasi akar masalah, bukan sekedar menanggulangi ujung masalah dengan cara
sistemik dan berkelanjutan dalam bentuk organisasi non profit, hybrid (gabungan
antara profit dan non profit), bank rakyat, balai latihan kerja.
Inovasi yang diciptakan adalah mengatasi akar masalah, sedangkan misi sosial
yang dikembangkan adalah pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi dan
lingkungan seni. Model bisnis yang sesuai meliputi bisnis bertujuan sosial, bank
rakyat, organisasi hybrid dan balai latihan kerja. Dampak yang dimunculkan
dengan wirausaha sosial ini adalah menciptakan nilai sosial /lingkungan,
bertindak lokal untuk mengatasi masalah global, skala bisa diperluas, perubahan
sistemik, dan pengembangan berkelanjutan. Bentuk organisasi yang sesuai adalah
organisasi non profit, bisnis bertujuan sosial dan organisasi hybrid
b. Bill Drayton, CEO and Chair of Ashoka
Wirausaha sosial adalah individu yang memiliki solusi inovatif untuk
mengatasi masalah sosial dengan cara mengubah sistem, memberikan solusi dan
memengaruhi masyarakat untuk melakukan perubahan. Awalnya ia bertindak dalam
skala lokal kemudian dapat diperluas. Inovasi yang dikembangkan adalah solusi
inovatif dan menciptakan kesempatan baru. Misi sosialnya mengatasi masalah
sosial yang paling menekan. Dampak dari adanya wirausaha sosial ini adalah
perubahan skala luas, mengubah sistem dan menyebar luaskan solusi.
2.
Bentuk Wirausaha Sosial
Ada
beberapa bentuk wirausaha sosial (Tan, 2005)
a. Organisasi berbasis komunitas
b. Socially responsible enterprises
c. Socio-economic atau dualistic enterprises.
Pendidikan
karakter
Pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral
reasoning, moral feeling, dan moral behavior (Lickona, 1991). Secara
praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku
(karakter) kepada warga sekolah atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia paripurna (insan kamil).
Pembentukan karakter harus disertai dengan pembiasaan-pembiasaan (habituation).
Pembiasan dimaksud dapat dilakukan di kampus dengan berbagai cara dan
menyangkut banyak hal seperti disiplin waktu, etika berpakaian, etika
pergaulan, perlakuan mahasiswa kepada karyawan, dosen, dan pimpinan fakultas,
dan sebaliknya. Untuk pembentukan karakter diperlukan pula lingkungan yang
sehat dan kondusif.
Nilai-nilai karakter utama yang akan dikembangkan dalam pembelajaran
ini adalah: (1) ketaatan beribadah; (2) kejujuran; (3) disiplin dan tanggung
jawab, (4) rasa hormat dan peduli serta (5) kerjasama.
Edited by: Danis Dea
(Diakses
Tanggal 11 Desember 2014, Pukul 16.00 WIB)
0 comments:
Posting Komentar