Yogi Firmansyah : Dorong Mahasiswa dan Masyarakat Berwirausaha

Kegiatan sosial sudah saatnya tidak lagi diindetikkan dengan kegiatan belas kasihan dan berbagai kegiatan yang tidak memberdayakan. Aktivitas yang dapat dilakukan misalnya melalui sociopreneurship, yakni kegiatan sosial melalui jiwa kewirausahaan.
Yogi Firmansyah, mahasiswa FTIP Unpad yang juga salah satu pemilik Entog Jenggot. Usaha sociopreneurship dilakukan dengan memberdayakan peternak unggas di sekitar Unpad Kampus Jatinangor. Menurut Dosen FTIP, Dr. Dwi Purnomo selaku pemberdaya dan penggiat Sociopreneurship, berpendapat bahwa Sociopreneurship itu adalah sebuah bentuk kegiatan sosial tapi jiwanya entrepreneur. Biasanya social entrepreneurhsip itu memiliki visi untuk mandiri bagi pengembangan kegiatan sosialnya.
Yogi Firmansyah
Pendekatan sociopreneurship dirancang untuk memiliki rantai manfaat yang panjang, sehingga memberikan nilai pada objek sosial yang ditujunya, serta diarahkan untuk menyebar nilai guna dan nilai tambah yang besar bagi masyarakat. Saat ini, setidaknya sudah ada sembilan mitra kolaborasi (unit usaha) yang berada dibawah binaan Dr. Dwi. Dalam hal ini, Dr. Dwi bertindak sebagai pemberdaya untuk memberikan input teknologi dan manajerial, serta pendampingan intensif dalam kurun waktu tertentu hingga mitra kolaborasi yang dibina berhasil dinyatakan mandiri dan turut pula bertindak sebagai pemberdaya bagi mitra kolaborasi lainnya. Kemudian Dr. Dwi juga menyatakan : “Ketika dinyatakan mandiri, pemberdaya itu juga berkewajiban untuk mendampingi proses replikasi lanjutan. Dengan kata lain, setiap unit atau mitra kolaborasi yang dibentuk akan membentuk ‘anak unit’ yang kemudian diberdayakan hingga mandiri, dan begitu seterusnya.
Beberapa contoh kegiatan sociopreneurship di lingkungan Unpad yang telah berjalan yaitu FruitsUp (pemberdayaan petani mangga), Entog Jenggot (pemberdayaan peternak unggas dan masyarakat sekitar Kampus), Laperbanget.com (pemberdayaan UMKM kampus), YourGood (pemberdayaan peternak sapi), Frutavera (pemberdayaan bidang kesehatan), Velre (keselamatan lingkungan), JTN (kewirausahaan pemuda), Rumah Makan Surga Dunia (peduli pada kemiskinan), 1000 Sepatu (kepedulian sosial dan usaha kecil), Ar Rahmah (perternakan) dan banyak lagi beragam komunitas lainnya.
Lalu, mengapa harus sociopreneurship? Dr. Dwi berpendapat, “Karena harus berdampak banyak bagi kemajuan masyarakat. Jadi kalau kita ingin punya usaha, yang maju tuh bukan hanya kita. Sebagai akademisi punya tanggung hawab lebih untuk mendorong masyarakat lebih luas. Selain itu ia juga berpendapat bahwa kewirausahaan saat ini telah terbukti dapat berperan dalam mengakomodir berbagai kepentingan. Kewirausahaan dapat ditampilkan sebagai poros kolaborasi atau benang merah setiap kegiatan yang dilakukan dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya kegiatan sosial. Dengan sociopreneurship, Dr. Dwi melihat para mahasiswa yang dibinanya ternyata bisa menjadi lokomotif pemberdayaan untuk masyarakat lebih luas. Contohnya dari Fruits Up yang kita kembangkan, ternyata masyarakat petani bisa terdorong untuk mengolah mangga menjadi bahan baku mentah, menjadi puree yang memiliki nilai tambah.
Contoh lain adalah Entog Jenggot, dimana selain turut menginspirasi mahasiswa lainnya untuk memiliki usaha, juga turut memberdayakan masyarakat Jatinangor untuk memiliki peternakan entog. Rumah makan yang berlokasi di Jatinangor ini juga turut memperkenalkan aneka kuliner khas Indramayu kepada masyarakat, khususnya Jatinangor. Bukan hanya menyajikan makanan untuk santap di tempat, Entog Jenggot juga menyediakan olahan makanan dalam bentuk kemasan yang awet dalam waktu cukup lama.
Dr. Dwi mengungkapkan, salah satu hal yang menjadi keunggulan Sociopreneurship di Unpad adalah adanya pemanfaatan teknologi sehingga dapat menghasilkan produk bernilai tambah bahkan memiliki nilai jual tinggi. Dengan demikian, para pelaku usaha dapat “berlari kencang” tanpa harus menunggu suntikan dana bantuan atau meminta-minta dari donatur. Pemanfaatan teknologi yang dimaksud yaitu dari hasil penelitian mahasiswa dan dosen di Unpad, sebagai bentuk diseminasi hasil penelitian civitas akademika Unpad. Masih merupakan bagian dari sociopreneurship berbasis teknologi, Dr. Dwi pun membuat The Fruters Model: Model Pemberdayaan Berbasis Technology Preneurship. Melalui modelnya ini, ia berhasil menjadi salah satu pemenang kategori “Prakarsa” pada Anugerah Inovasi dan Prakarsa Jawa Barat 2014. Kedepannya, Dr. Dwi berharap sociopreneurship dapat berkembang lebih lanjut dan memiliki anak/kaki mitra kolaborasi jauh lebih banyak, sehingga akan tercipta banyak pemberdaya yang tetap berbasis pada kemandirian pengembangan bisnis dan komersialisme.


0 comments:

Posting Komentar