Peran Seorang Wirausaha Sosial

0 comments

Apa yang kita bisa artikan dari gambar diatas? Setiap orang tentunya dapat mengartikan gambar tersebut dengan makna yang berbeda. Pada intinya, gambar diatas menceritakan tentang peranan wirausaha. Wirausaha melakukan aktivitas dengan prinsip-prinsip kewirausahaan dengan tujuan untuk berbagai kepentingan. Kepentingan tersebut dapat dilihat dari bagaimana misi yang dimiliki oleh wirausahawan. Oleh karena itu wirausaha digolongkan kedalam beberapa tipe seperti penjelasan berikut:

1. Wirausaha Bisnis (pribadi dan professional) : Bertindak untuk kepentingan bisnis / perusahaan.
2. Wirausaha Pemerintahan : Bertindak untuk kepentingan pemerintah.
3. Wirausaha Sosial : Bertindak untuk kepentingan sosial, masyarakat.
4. Wirausaha Akademik : Bertindak untuk kepentingan akademik, pendidikan.

Lalu apa dan bagaimana peran seorang wirausaha sosial / socio entrepreneur?

Kedua definisi diatas menegaskan bahwa peran seorang socio entrepreneur yaitu sebagai agen perubahan untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat melalui berbagai bentuk upaya seperti edukasi, motivasi, dan bantuan lainnya dengan media atau menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan. Apa yang ada dalam pikiran kita ketika seorang wirausaha sosial ternyata memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengambil peran yang sedemikian besar?  Jawabannya seperti pada definisi yang kedua, yaitu karena bukan hanya keuntungan yang mereka cari akan tetapi mereka berburu cara = cara untuk mencapai misi sosial yang telah ditetapkan. Lalu apa yang menggerakkan seorang wirausaha sosial dalam pencapaian misinya tersebut? Jawabannya juga seperti pada definisi yang kedua, tak lain adalah nurani, sebuah kata yang ada dalam diri setiap manusia. 

Nothing bring you peace, but your self.” ~Budhi Wibawa

By : Resti Fauziah

Sumber : Materi presentasi mata kuliah kewirsos oleh Hery Wibowo

Dita Adi Saputra dkk : Memenangkan CEC Awards 2010 dengan Fruitanol

0 comments

(Tengah) Tiga pemenang CEC Award 2010
Wirausahawan sosial adalah wirausahawan gelombang baru Indonesia. Mereka membangun bisnis berbasis komunitas dan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. Representasi terbaik mereka saat ini adalah para pemenang Community Entrepreneurs Challenge (CEC) Awards 2010.
Pada CEC yang merupakan program kerja sama British Council dan Arthur Guinness Fund, yang terpilih sebagai tiga terbaik Wirausahawan Sosial Pemula adalah Fruitanol (Yogyakarta), Aliansi Pro-Agribisnis Pakpak Barat (Medan), dan Wangsa Jelita (Bandung), sementara tiga terbaik kategori Madya adalah Komunitas Hong (Bandung), Outreach International Bioenergy (Jakarta) dan Indonesian Pluralism Institute (Jakarta). Pemenang CEC akan mendapatkan dana investasi sosial sampai Rp 100 juta.
Fruitanol didirikan oleh Dita Adi Saputra dan kawan-kawannya. Mereka menemukan cara memanfaatkan limbah atau sampah buah salak untuk menjadi energi bioetanol dan mengolah hasil sampingnya menjadi pupuk organik. Fruitanol direncanakan menjadi perusahaan yang dijalankan oleh komunitas petani dibawah bimbingan Dita Adi Saputra dkk (Fruitanol) sehingga mereka mengenal cara pengolahan limbah salak yang ramah lingkungan sekaligus meningkatkan pendapatan.

Edited by : Lina Lisnawati

Sumber :
http://greendistro.blogspot.com/2011/04/fruitanol-sebagai-pemenang-cec.html
http://www.nihdia.com/2010/09/24/pemenang-iyce-dan-cec-2010/

Gambar : www.nihdia.com

Budidaya Lele Adhita Sri Prabakusuma Membantu Warga Gunung Kidul

0 comments

Adhita Sri Prabakusuma
Adhita Sri Prabakusuma merupakan pengusaha sukses diusia yang reltif muda, yaitu masih berusia 24 tahun. Perusahaan yang ia dirikan sukses mengembangkan usaha budidaya lele di bawah naungan CV. Handayani Cemerlang. Usaha budidaya lele ini tidak hanya berorientasi profit saja, tapi juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar tempat tinggalnya di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Kesuksesan di usia mudanya berawal saat ia masih mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Gajah Mada (UGM). Adhita melihat para petani kesulitan mengembangkan usaha lantaran harga pakan melambung tinggi. Mereka juga kesulitan mendapatkan benih. Kalau pun ada, tempatnya jauh, sehingga tingkat kematian benih tinggi. Alhasil, ratusan peternak gulung tikar. Padahal, sekitar 60% masyarakat Gunung Kidul menggantungkan hidup sebagai petani, juga usaha budidaya lele
Melihat masalah tersebut, adhita tidak tinggal diam dan menjadi penonton saja, ia memberi aksi nyata dengan melakukan langkah awalnya membuat rancangan sebuah mesin pembuat pakan, yang tentunya harga pakan yang ia jual lebih murah daripada produksi pabrikan. Selanjutnya, ia tergerak untuk menyediakan benih lele dengan membuka usaha pembenihan. Di sektor hilir, ia juga aktif mendorong petani untuk mengolah lele menjadi abon, sehingga nilai jualnya lebih tinggi.
Usaha Adhita itu tidak sia-sia. Kini, sekitar 100 petani ikut dalam program pemberdayaan yang dikembangkan Adhita. Mereka tersebar di lima kecamatan di Gunung Kidul dan terbagi dalam 10 kelompok plasma. Delapan kelompok terdiri dari para pria yang mendapat bantuan benih, pakan, terpal, dan pemasaran. Sementara dua kelompok lain terdiri dari wanita yang mendapat bantuan pengolahan indukan lele menjadi abon. Kelompok plasma ini bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 20 juta per bulan. Di luar plasma, Adhita juga memiliki inti plasma yang meliputi 29 kolam. Untuk mengelola kolam ini, ia memberdayakan 17 petani.

Edited by : Lina Lisnawati

Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/bantu-warga-gunung-kidul-kembangkan-budidaya-lele