Bambu Bernilai Ade Supriatna

Ade Supriatna
Bencana gempa yang terjadi pada Tahun 2009 di desa cisompet meninggalkan keprihatinan mendalam bagi Ade supriatna. Bagaimana tidak demikian, Warga desa yang sebelumnya mengandalkan hasil pertanian, tak bisa lagi bergantung pada lahannya. Akibat gempa perekonomian warga juga tak berdaya. Lahan-lahan sawah jadi tak optimal hasilnya. Ade tak sekadar prihatin dan tak berbuat apa-apa. Dia ingin mengajak warga desanya bangkit dari penderitaan dan melepaskan ketergantungan dari bantuan pihak lain. 
Ade sadar betul bahwa daerahnya memilki kekayaan bambu yang sangat potensial. Itulah sebabnya, dia bersama dua rekannya, menggagas pendirian Bambu Indah Nusantara (BIN) pada awal 2011. Mulanya, BIN mengajarkan masyarakat untuk membuat rumah ramah gempa dengan bahan dasar bambu. Ade yang pernah berkunjung ke Jepang, melihat banyak rumah tahan gempa di sana yang terbuat dari bambu. 
Selain membuat rumah bambu, warga juga mengolah bambu sebagai pengganti kayu untuk lantai, furnitur, barang kerajinan, dan aneka perkakas. Tentu keterlibatan warga itu tak serta merta. Ade harus lebih memberikan sosialisasi dan motivasi pada warga tentang banyaknya produk bisa dibuat dari bambu. Ade juga mengajarkan cara menebang batang bambu serta membelah bambu. Kemudian, BIN membeli bambu-bambu itu dengan harga Rp 5.000 per meter. 
Selain itu, BIN membeli bambu itu bertujuan mengurangi pengangguran. Selanjutnya dari hasil pemasaran bambu ini, BIN akan memberikan bibit pohon bambu sehingga tetap tercipta kesinambungan. Ade menetapkan konsep tebang satu batang bambu, tanam dua pohon bambu. Dengan program ini, BIN ingin masyarakat mau menanam dan memelihara bambu sebagai aset sekaligus mata pencaharian. Meski baru berjalan, BIN sudah mampu mengumpulkan omzet hingga mencapai Rp 20 juta per bulan. Dari penjualan bambu, warga Desa Cisompet pun bisa mengumpulkan omzet Rp 5 juta dari 1.000 batang bambu yang terjual per bulan.

Edited by : Lina lisnawati

0 comments:

Posting Komentar