Dian Wahdini Syarief: Peraih Lifetime Achievement Award dari Kongres Lupus Internasional, Kanada

Dian Wahdini Syarief
Di balik kelembutan dan ketenangannya, Dian menyimpan kegigihan dan ketegaran yang luar biasa menghadapi keganasan penyakit lupusnya yang kerap kambuh.Ia kini mendarmakan waktunya untuk menolong sesama penderita lupus lainnya. Lifetime Achievement Award dari Kongres Lupus Internasional pun dianugerahkan kepadanya atas  sumbangsihnya  itu.
Mantan Manajer Komunikasi Korporat Bank Bali ini divonis menderita penyakit lupus pada 1999. Dian yang dulu dikenal sebagai wanita karier yang ceria dan ramah, sehingga amat populer di kalangan wartawan perbankan, sempat merasa hidupnya terhenti di usia 34 tahun itu.
Namun, berkat daya juangnya yang tinggi, plus kesabaran dan kepasrahan, ia mampu menjalani puluhan kali terapi dan periode pengobatan yang panjang, melelahkan, menguras dana dan tenaga, serta sangat menyakitkan.
“Saya tidak pernah mimpi jadi orang buta. Tahun 1999 itu saya sering menangis karena tidak bisa melihat lagi,” ujar perempuan yang kini berusia 45 tahun ini terus terang.
Kini, selain masih berupaya melawan keganasan lupus yang sewaktu-waktu kambuh, ia mengelola yayasan yang ditujukan untuk membantu sesama penderita lupus lainnya, yakni Syamsi Dhuha Foundation.
Menurut Dian, lima tahun pertama sakitnya lebih banyak ia gunakan untuk berjuang hidup. Saat itu ia banyak mengalami pendarahan dan peradangan. “Saya harus bolak-balik ke rumah sakit untuk operasi, terapi, konsultasi dan fisioterapi. Di tahun 1999 itu juga saya sempat tidak bisa jalan,” ujar wanita yang telah menjalani hampir 20 kali operasi sepanjang mengidap penyakitnya itu.
Kondisi kesehatan Dian baru lumayan stabil pada 2004. Pada tahun itu Dian mendirikan Syamsi Dhuha Foundation (SDF). Kehadiran yayasan ini merupakan wujud syukur Dian karena masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Tuhan.
“Saya ingin berbagi pengalaman, memfasilitasi orang lain, dan sebagainya. Inti SDF adalah pendampingan, memfasilitasi dan pemberdayaan,” ujarnya. Upayanya ini diapresiasi dunia. Baru-baru ini, ia memperoleh penghargaan Lifetime Achievement Award dari penyelenggara the 9th International Congress on Systemic Lupus Erythematosus di Vancouver, British Columbia, Kanada. Di sini ia juga menjadi salah satu panelis dalam diskusi panel yang melibatkan tiga negara yaitu Kanada, Inggris dan Indonesia. Dian membawakan materi berjudul How to Make Friends with Lupus. Di dalam negeri pun, Dian kerap dipanggil untuk sharing pengalaman dan motivasi di lingkungan odapus (orang dengan penyakit lupus) dan beberapa perusahaan.
Dalam perjuangannya menghadapi penyakit lupus, Dian mengaku mengalami dua kali depresi yang hebat, yaitu pada 2001 dan 2007. Tahun 2001, Dian merasa depresi karena merasa tidak kunjung sembuh dari penyakitnya.
“Sebenarnya saya semangat berobat dan terapi karena punya harapan ingin sembuh dan bisa melihat kembali. Tapi ketika hal itu tidak terjadi, saya pun menjadi down,” ujar wanita yang berobat hingga ke Mount Elizabeth Hospital di Singapura ini..
Saat ini, meski hidup bersama lupus, kegiatan rutin Dian lebih berwarna. Seperti orang normal lainnya, sekarang ia rutin berenang setidaknya seminggu sekali selama tidak dalam kondisi pasca-operasi.

Edited : Lina Lisnawati

Sumber :
Gambar : www.fa.itb.ac.id

0 comments:

Posting Komentar