Kewirausahaan Sosial Lebih Jauh Lagi

Gerakan kewirausahaan sosial sebenarnya sudah lama berlangsung. Artinya, sebelum dunia mengenal istilah ini, aktivitasnya sendiri sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Sepuluh tahun kebelakang, istilah ini mulai muncul dan digunakan secara luas, terutama sejak dianugrahinya Mohamad Yunus sebagai pemenang hadiah nobel. Kakek yang selalu tersenyum ini muncul dengan satu gagasan bahwa pemberian bantuan langsung kepada kaum miskin hanya akan mengkerdilkan mereka. Sebagai solusinya, dosen ekonomi di salah satu perguruan tinggi Bangladesh ini mengeluarkan program kredit mikro tanpa agunan untuk menolong masyarakat miskin –kebanyakan kaum ibu- yang hidup di lingkungannya.
Inilah spirit yang disebut sebagai kewirausahaan sosial, yaitu sebuah upaya untuk memanfaatkan mental entrepreuneur (yaitu mental inovatif, kerja keras, berani ambil resiko, dll) untuk sebesar-besarnya kebermanfaatan bagi masyarakat. Inilah antusiasme bisnis yang tidak menghubungkan indikator kesuksesannya dengan kinerja keuangan, melainkan lebih kepada seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
Bill Drayton, pendiri Yayasan Asoka Internasional, adalah orang yang diyakini sebagai pencetus terminologi kewirausahaan sosial. Ia menegaskan bahwa seorang wirausaha sosial adalah seseorang yang tidak puas hanya memberikan ikan kepada orang yang lapar, ataupun mengajarkan kepada mereka cara memancing, namun ia tidak akan pernah berhenti sebelum industri perikanan berubah. Artinya, seorang wirausaha sosial pantang menyerah terhadap sistem, sebaliknya (ketika sistem tersebut merugikan masyarakat), ia justru berpikir bagaimana mengubah sistem tersebut.
Berikut ini adalah beberapa tokoh wirausaha sosial Indonesia yang dikutip dari majalah Swa Sembada : 
  1. Amin Aziz. Ia melahirkan konsep Baitul Maal Wat Tamwill yang memberikan alternatif pembiayaan usaha mikro. Pembentukan BMT pertama dimulai tahun 1995 di Jakarta dan sampai dengan akhir 2009 sudah berdiri lebih dari 500 BMT baru
  2. Amir Panzuri. Ia berupaya mengembangkan ekspor kerajinan asal Indonesia. Ia aktif di Asosiasi Pengembangan Kerajinan dan Keterampilan Rakyat Indonesia (Apikri) berbasisi di Yogyakarta. Lewat Apikri, ia membina para UKM mulai dari standar produksi, penyediaan bahan baku sampai dengan pasar luar negeri. Saat ini ekspor yang berhasil dilakukan sudah lebih dari 11 negara
  3. Bambang Suwerda. Ia menggagas dan membidani lahirnya bank sampah di Bantul Yogyakarta. Awalnya ide ini hanya untuk menekan penularan penyakit DBD, tetapi kemudian melahirkan efek turunan yang bersih, kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan meningkat dan masyarakat memiliki tabungan. Pengelolaan bank sampah seperti layaknya bank konvensional, tetapi uang tabungan berupa sampah rumah tangga yang sudah dipilah. Kemudian dikumpulkan di bank dan pihak bank yang menjualnya ke penadah sampah. Uang hasil penjualan inilah yang bisa menjadi tabungan masyarakat, yang baru bisa dicairkan tiga bulan sekali.

Defisini Kewirausahaan Sosial
Mendefinisikan kewirausahaan sosial adalah bukan hal yang sederhana, mengingat kewirausahaan sosial itu sendiri melingkupi sebuah gerakan, semangat dan aktivitas yang sangat luas. Johanna dkk menyatakan bahwa :

The concept of social entrepreneurship is, in practice, recognized as encompassing a wide range of activities: enterprising individuals devoted to making a difference; social purpose business ventures dedicated to adding for profit motivations to the nonprofit sector; new types of philantropist supporting ventures capital-like ‘investment’ portfolios; and nonprofit organizations that are reinventing themselves by drawing on lessons learned from the business world

Berdasarkan uraian tersebut dapat disebutkan bahwa kewirausahaan melingkupi jumlah dan jenis aktivitas yang sangat luas; dengan ciri-ciri utama yaitu adanya gerakan individu yang ingin membuat perbedaan; aktivitas bisnis yang bermotivasi profit namun kemudian juga memiliki gairah pada sektor non profit; bentuk filantropi baru yang mendukung investasi portofolio modal ventura; dan organisasi non profit yang mereformasi dirinya dengan menarik pelajaran dari dunia bisnis. Dari sini, dapat dikatakan bahwa terminologi kewirausahaan sangat lekat dengan istilah-istilah manfaat sosial, bisnis, filantropi dan lain-lain. Artinya bahwa memang gerakan ini adalah gerakan yang menggabungkan antara keterampilan bisnis (business skills) dengan semangat filantropi (philantrohy’s spirits).
Sampai dengan sekarang, gerakan kewirausahaan sosial telah dianggap sebagai model baru dalam usaha-usaha penciptaan manfaat sosial, dari yang tadinya hanya sebatas usaha mengumpulkan dana dari lembaga funding dan kemudian menyebarkan kepada yang membutuhkan sampai ke aplikasi keterampilan bisnis untuk menghidupi roda organisasi/lembaga sekaligus memberikan manfaat kepada yang membutuhkan. (Hery Wibowo, 2012)

By : Yasmin Anwar

Sumber : http://socialstationproject.wordpress.com/category/kewirausahaan-sosial/

0 comments:

Posting Komentar